Sebagai makhluk sosial, pastilah kita menjalani suatu kehidupan bermasyarakat. Dan tidaklah mungkin manusia dapat hidup dan menjalani kehidupannya, hanya dengan seorang diri saja. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menciptakan kehidupan bermasyarakat tersebut. Terlebih kita selaku kaum muslimin yang memiliki iman di dalam hati, haruslah menumbuhkan rasa persaudaraan (ukhwah islamiyyah) di dalam kehidupan kita.
Namun, untuk membentuk sebuah masyarakat yang baik, tidaklah dijalankan secara asal-asalan. Kita harus pandai dan teliti dalam memilih mana yang pantas untuk dijadikan teman dan mana yang harus ditinggalkan. Sebab, ternyata teman yang akan kita gauli adalah cerminan dari diri kita.
Dalam mengingatkan umatnya, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam telah menyampaikan sebuah hadits yang diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, beliau bersabda,
المرءُ على دِين خليله ، فلينظرْ أحدُكُم مَن يُخَالِل
“Seseorang terpaut dengan agama sahabatnya, maka lihatlah kepada salah satu dari kalian siapa yang ia jadikan teman” (HR. Abu Dawud dan at-Tirmidzi)
Dari sinilah terkadang seseorang dapat dinilai dan dilihat kepribadiannya dengan cara melihat siapa yang menjadi teman karibnya.
Maka penting bagi kita untuk mencari teman yang dapat meningkatkan keimanan kita. Sedikit cerita berkenaan dengan berteman dengan orang yang shalih. Dahulukala sebelum Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam diutus. Berkat pertemanannya dengan orang-orang yang shalih akhirnya berkah yang didapat oleh orang-orang shalih tersebut didapat pula olehnya. Ia adalah Qitmir, Qitmir adalah seekor anjing yang menyertai pemuda kahfi ketika mereka melarikan diri dari raja yang dzalim. Lalu apa yang dapat kita ambil pelajaran dari si Qitmir? telah kita ketahui bahwa pada dasarnya anjing adalah hewan yang hina dan najis. Namun, mengapa ia bisa terkenal dan kisahnya diabadikan di dalam Al-Quran. Yaitu dikarenakan ia menyertai orang-orang yang shalih, maka berkah berupa tidur panjang yang Allah Ta’ala berikan kepada Ashabul Kahfi, Allah Ta’ala berikan juga pada Qitmir.
Lalu apa manfaat yang akan kita dapat dari berteman dengan orang-orang yang bertakwa? Manfaat dari berteman dengan orang-orang yang bertakwa sangatlah banyak, baik itu manfaat di dunia ataupun manfaat di akhirat. Di antaranya,
1. Mempengaruhi kadar keimanan
Sebagaimana para sahabat yang kadar keimanannya akan naik jika bermajelis dengan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dan juga hadits di atas menunjukkan kepada kita bahwa, naik turunnya keimanan seseorang tergantung pada siapa yang akan ia jadikan teman. Jika ia berteman dengan orang-orang yang senantiasa memupuk keimanan, maka ia akan ikut untuk memupuk imannya. Namun, jika ia bergaul dengan orang-orang yang condong kepada kemaksiatan, ia akan ikut terjerumus ke dalam kemaksiatan tersebut.
2. Pertemanan yang abadi
Teman yang bertakwa akan mengajak kita untuk membangun pertemanan atas dasar ketakwaan. Dan pada hari kiamat nanti, semua teman karib akan berubah saling bermusuhan kecuali orang-orang yang bertakwa. Sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam surah az-Zukhruf ayat 67,
“Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.”
Sebab, mereka yang berteman dikarenakan dunia akan hilang pertemanannya dengan hilangnya dunia, dan mereka yang berteman bukan hanya karena alasan duniawi saja, tapi alasan mereka lebih kepada berteman karena Allah Ta’ala, pertemanan mereka akan selamanya sebagaimana kekalnya Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sehingga pertemanan tersebut akan langgeng sampai datangnya hari kiamat kelak.
3. Terkena efek dari keshalihannya
Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam,
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَة
“Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk, adalah ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap akan mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) akan mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak, engkau tetap akan mendapatkan bau asapnya yang tidak sedap.” (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628)
Hadits ini dengan jelas menerangkan kepada kita bahwa berteman dengan orang yang baik akan bermanfaat bagi kita, walau mungkin kita tidak bisa melakukan sebagaimana yang ia lakukan, kita tetap akan terkena buah dari amalan baiknya. Sebagaimana juga kita berteman dengan orang yang buruk, walaupun mungkin kita tidak melakukan maksiat sebagaimana yang ia kerjakan. Namun, jika kita dekat-dekat dengan orang seperti ini, akan dapat mengikis iman kita dan mencelakakan kita, atau seminimalnya kita akan terkena dampak dari apa yang ia lakukan.
Dari semua ini dapat disimpulkan bahwa penting bagi kita untuk mencari teman yang memiliki keimanan dan akhlak yang mulia. Sehingga dari mereka dapat menciptakan suasana kehidupan bermasyarakat yang nyaman dan tentram. Wallahu A’lam!