Alhamdulillah wa shalatu wa sallam ‘ala Musthafa Shalallahu ‘Alaihi
wa Sallam, segala puji hanya milik Allah Rab
semesta alam, yang telah melimpahkan segala nikmat kepada hambanya, shalawat
serta salam semoga tetap tercurahkan kepada nabi kita, Rasulullah Muhammad Shalallahu Alaihi wa Sallam serta
kepada para keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan orang-orang yang senantiasa
mengikuti sunnahnya hingga hari kiamat kelak. Amma ba’du.
Terkadang seseorang memperlakukan sesuatu hal yang spesial di dalam
hidupnya, akan memperlakukannya dengan perlakuan yang berbeda dengan hal-hal
yang lainnya. Ia akan lebih memperhatikan hal tersebut, akan lebih hati-hati
dalam menjaganya, dan akan lebih merasa kehilangan ketika hal tersebut
menghilang dari kehidupannya.
Sebagaimana seseorang yang memiliki mobil mewah, ia akan mencucinya
sehari tiga kali, membawanya ke bengkel seminggu sekali, dan mungkin perlakuan
khusus yang lainnya. Ketika ada orang lain bertanya, “Kok kamu lebay banget
sih, mobil saja dicuci sehari tiga kali!” Maka orang tersebut akan menjawab,
“Maaf saja ya, masalahnya mobil saya ini spesial! Makannya saya perlakukan
khusus.”
Namun, manusia terkadang masih lupa, bahwa ada sesuatu hal di dalam
dirinya yang itu lebih spesial dari hal-hal yang lainnya. Apakah itu? Yaitu
iman di dalam hati. Terlalu banyak insan yang melupakan hal ini, mereka sibuk
dengan dunianya sehingga lupa untuk memperlakukan imannya dengan perlakuan yang
spesial. Padahal iman ini adalah hadiah spesial yang diberikan oleh Allah Ta’ala
kepada hamba-Nya, yang tidak semua manusia dapat mendapatkannya. Maka dari
itu, penting bagi kita untuk senantiasa menjaga dan selalu istiqamah di
dalam menjaga iman kita.
Suatu ketika sahabat Sufyan bin Abdullah ats-Tsaqafi bertanya
kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Wahai Rasulullah
katakan kepadaku perkara Islam yang aku tidak akan bertanya kecuali hanya
kepadamu!” lalu beliau bersabda,
قل
آمنت بالله ثم استقم
“Katakanlah, ‘Aku beriman kepada Allah! Lalu berpegang teguhlah
(istiqamah) di dalamnya.” (HR. Muslim)
Hadits ini selaras dengan firman Allah Ta’ala di dalam surah
Fussilat ayat 30, “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan
kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka
malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut
dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah
dijanjikan Allah kepadamu."
Imam Ibnu Katsir Rahimahullah menjelaskan di dalam kitab
tafsirnya bahwa yang dimaksud dari ” إِنَّ
الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا“
Adalah mereka mengikhlaskan amal hanya untuk Allah dan
beramal atas dasar ketaatan kepada Allah yang telah mensyariatkan perintah
kepada mereka. Adapun sahabat Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhu mereka adalah
yang beriman kemudian istiqamah di dalam menjalankan ibadah-ibadah
fardhu.
Lalu apa yang akan kita dapatkan jika kita selalu
menjaga dan memperhatikan iman kita? Yaitu akan turun kepada kita Malaikat.
Mujahid mengatakan bahwa Malaikat akan turun ketika maut akan menjemput.
Sembari berkata,”أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا “ Apa yang dimaksud dari jangan takut dan jangan bersedih di sini?
Imam Mujahid dan Ikrimah menerangkan bahwa yang
dimaksud dari ayat tersebut adalah perkataan Malaikat, “Janganlah dirimu takut
terhadap apa yang akan datang kepadamu dari urusan akhirat!” dan “Janganlah
bersedih terhadap apa yang akan engkau tinggalkan dari urusan dunia, baik anak,
keluarga, harta, atau yang lainnya!” Dan yang terakhir dikabarkan kepada mereka
akan janji Allah Subhanahu wa Ta’ala berupa Jannah yang telah dijanjikan
kepada mereka.
Dari
sini kita ambil pelajaran bahwa, penting bagi kita untuk memperlakukan iman
kita dengan perlakukan yang spesial. Sehingga kita dapat selalu istiqamah
dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Allah Ta’ala, serta
pada akhirnya kita akan mendapatkan Jannah-Nya sebagaimana yang dijanjikan. Wallahu
A’lam!