Muslimah dan Ilmu Syar’i


Oleh : Wini’s creation
"Menuntut ilmu adalah suatu kewajiban bagi setiap muslim" (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
Pertama adalah niat karena Allah!

Ukhti fillah !
Islam semenjak cahayanya terbit, telah memerintahkan kepada kaum wanita untuk menuntut ilmu yang bermanfaat. Menuntut ilmu bukan hanya sekadar ingin mendapat ijazah atau penghargaan saja. Menuntut ilmu harus kita niatkan untuk mendapat ridha Allah Ta’ala, agar kelak ilmu yang kita dapat bukan hanya ditulisan saja. Maka penting memperbaiki niat sejak awal, sehingga niat kita yang semula bukan karena Allah kita rubah. Sebelum kita menyesal dikemudian, hanya karena tidak ikhlas karena Allah Ta’ala.
Ilmu Apa yang Harus Dipelajari ?
      Ilmu yang berkaitan dengan Al-Kitab (Al-Qur'an) berikut tafsirnya.
Berkata Imam Syafi'i berkata, "Semua ilmu selain Al-Quran hanyalah menyibukkan belaka,  kecuali ilmu hadits dan fiqhi dalam agama, (hakikat) Ilmu adalah yang didalamnya ada perkataan "Telah disampaikan kepada saya" (hadits). Adapun selain itu maka hanyalah was-was syaithan. Ilmu (syar`i) adalah firman Allah, sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan ucapan para shahabat, bukan selain itu.
Ibnu Qayyim juga berkata, "Ilmu adalah firman Allah, sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan perkataan para shahabat merekalah orang-orang yang berilmu."
      Sunnah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa sallam
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam telah meninggalkan untuk umatnya dua hal, Al-Quran dan As-Sunnah. Jika mereka berpegang terhadap keduanya, maka tidak akan bisa tersesat. Sebagaimana wasiat beliau,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّى قَدْ تَرَكْتُ فِيكُمْ مَا إِنِ اعْتَصَمْتُمْ بِهِ فَلَنْ تَضِلُّوا أَبَدًا كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ
“Wahai manusia! Sesungguhnya aku telah meninggalkan di tengah-tengah kalian sesuatu yang jika kalian berpegang teguh kepadanya kalian tidak akan pernah tersesat selamanya, yaitu Kitabullah (Al-Quran) dan Sunnah nabi-Nya.” (HR. Ahmad, al-Baihaqi, dan al-Hakim di dalam al-Mustadrak miliknya)
      Tauhid
Dengan berlandaskan Al-Quran dan As-Sunnah, maka langkah selanjutnya adalah kita membangun pemahaman kita terkait akidah, atau ilmu tauhid. Karena akidah adalah hal yang mendasar bagi para muslim, maka pemahaman akan ilmu akidah sangatlah penting sebagai pondasi awal dari adanya sebuah amalan. Karena jika pondasi amalnya sudah kuat, ia akan dapat beramal dengan mantap dan benar.
Dalam memahami akidah kita juga menjadikan kedua hal di atas sebagai landasan pokok, dengan ditambah penjelasan dari para salaf. Sebab memahami Al-Quran dan As-Sunnah tidak langsung dari apa yang ada dalam benak kita. Sangat berbahaya jika kita menggunakan akal kita di dalam menyimpulkan apa yang ada di dalam Al-Quran atau As-Sunnah. Maka, cara yang paling tepat adalah mempelajari ilmu-ilmu dengan berlandaskan pada pemahaman salafus shalih. Karena akan sama saja jika memahami Al-Quran dan As-Sunnah bukan dari apa yang difahami oleh salaf, hanya akan menimbulkan kekacauaan dan perpecahan saja.
      Fikih
Ilmu fikih adalah ilmu yang mempelajari tatacara beribadah serta hukum dari ibadah tersebut. Seseorang tidak akan tahu cara pelaksanaan shalat yang benar jika ia tidak mau belajar ilmu fikih. Dari memahami fikih, kita akan lebih memahami perbedaan di dalam ibadah. Bukan dalam hal pokok, tapi dalam hal cabang. Dengan memahaminya kita akan lebih bijak di dalam menanggapi permasalahan-permasalahan yang ada di sekitar kita. Maka, langkah yang harus ditempuh oleh seseorang setelah ia mempelajari ilmu Al-Quran, As-Sunnah, dan Aqidah adalah ia mendalami ilmu fikih.
Ø  Memperlengkap diri dengan Tsaqafah (pengetahuan umum)

Tsaqafah Syar’iyah
Selain mendalami bidang ilmu di atas, kita juga harus memperkaya pemahaman akan hal-hal umum. Pengetahuan umum yang sifatnya syar’i adalah hal-hal yang berkaitan dengan hukum-hukum syara’, perbedaan pendapat di dalam cabang fikih, dan lain-lain.
Tsaqafah Ma’sirah (realita)
Selain kita harus faham ilmu agama, kita juga harus memahami ilmu sejarah atau realita kehidupan. Baik yang dahulu, seperti kisah para nabi dan rasul, kisah para sahabat Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam, atau kehidupan sekarang ini. Kita harus jeli dan tanggap akan perkembangan kehidupan, sebab kehidupan ini adalah dinamis, selalu berkembang. Maka penting juga bagi kita untuk memahami dan mendalami ilmu sejarah, khususnya sejarah Islam.
Ø  Tanggung jawab terhadap diin (agama)
Beban menjaga agama bukanlah hanya dibebankan kepada para kiyai atau ustad saja. Semua kaum Muslimin ikut andil di dalam menjaga agama ini. Sebab menjaga agama bukan hanya dengan berceramah di atas mimbar saja. Dengan mengamalkan amalan-amalan yang telah diperintahkan oleh Allah Ta’ala, itu sudah menjadi bentuk dari upaya kita dalam menjaga agama. Dengan ilmu yang kita miliki, kita beriman kepada Allah dan mengamalkan apa yang Allah dan Rasul-Nya perintahkan. Sehingga kita akan menjaga agama ini dengan benar sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
Ø  Cara-cara menuntut ilmu
1.Membaca buku-buku Islam              2.Mendengarkan kajian
Catatannya adalah metode ini harus dengan mengikuti bimbingan Ulama Salaf
Ø  Ibu adalah Madrasah awal bagi anaknya
Duhai ukhti! Sekolah tinggimu bukan untuk menjadi karyawati, tapi untuk menjadi madrasah terbaik bagi si buah hati J
Bagaimana jadinya jika dirimu tidak memiliki ilmu syar’i? Apa yang akan engkau ajarkan kepada buah hatimu? Ingat wahai saudariku! Hanya dengan ilmu syar’i kehidupan ini akan nyaman.
Ø  Dengan ilmu akan menjadikan shalihah
"Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita yang shalihah.“ (HR. Muslim)
Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi,
"Wanita yang sholihah adalah yang menunaikan hak-hak Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan mentaatinya, mentaati Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam,
dan menunaikan hak-hak suaminya dengan mentaatinya dan menghormatinya, serta menjaga harta suami, anak-anak mereka dan kehormatannya tatkala suami tidak ada"
Ø  Bagi seorang muslimah yang belum menikah

Maka sebagai anak, ia wajib taat pada kedua orangtuanya selama tidak dalam kemaksiatan. Ia kedepankan baktinya kepada orangtua selagi mereka ada. Dan jika telah tiada, maka selaku anak yang shalihah ia harus senantiasa mendoakannya. Sebab doa anak yang shalih dan shalihah akan dapat menyelamatkan orangtua ketika di alam kubur. Sebagaimana sabda Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Jika seseorang telah meninggal, maka semua amalnya terputus. Kecuali dari tiga hal, sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakannya.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, dan at-Tirmidzi)
Dan tentunya semua ini tidak akan dapat dicapai kecuali dengan cara menuntut ilmu syar’i! Bagaimana seseorang akan mengerti wajibnya berbakti jika tidak belajar ilmu syar’i. Ia akan membangkang semua perintah orangtuanya, dikarenakan apa? Ia tidak mengetahui ilmu dari berbakti kepada orangtua.
Ø  Tingginya obsesi semua harus diniatkan karena Allah Ta’ala semata, dan hanya bertujuan ingin menggapai ridha-Nya.

Tidaklah aku menaruh belas kasihan pada seseorang melebihi rasa belas kasihanku kepada dua orang! Seseorang yang menuntut ilmu, namun dia tidak mempunyai pemahaman, dan seseorang yang paham tapi tidak mencarinya. Dan aku sungguh heran dengan orang yang lapang untuk menuntut ilmu tetapi dia tidak belajar”
Bukankah potensi pendengaran, pengelihatan, dan hati yang telah Allah Subhanallahu wa Ta’ala berikan kepada kita harus kita syukuri? Dan di antara cara mensyukurinya adalah dengan menggunakannya untuk memperbanyak pengetahuan yang belum kita ketahui.  Allah Ta’ala berfirman,
“ Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, pengelihatan, dan hati agar kamu bersyukur.” (QS. An-Nahl : 78)
Barang siapa yang tidak pernah merasakan rasa pahitnya mencari ilmu, niscaya ia akan mengenyam pahitnya menjadi orang bodoh sepanjang hidupnya.” (Imam asy-Syafi’i)

Ø  Dosa dapat menghalangi ilmu dan melenyapkannya

Pertama kali Imam asy-Syafi’i berguru kepada Imam Malik, sang guru takjub dengan kecedrasaan, kejeniusan, dan kekuatan hafalannya. Lalu beliau memberi pesan di awal pertemuannya itu,
Sesungguhnya aku melihat Allah telah menganugrahkan cahaya di hatimu maka jangan padamkan cahaya itu dengan gelapnya maksiat.”

Ilmu adalah cahaya yang Allah pancarkan ke dalam hati yang subur oleh ketaatan. Sedangkan masksiat bisa menghalangi masuknya cahaya ilmu ke dalam hati, bahkan bisa melenyapkan cahaya di dalamnya. Jika ada orang pintar yang sulit menghafal suatu ilmu, bisa jadi maksiatlah yang menjadi penyebabnya. Begitu pula jika seseorang lupa  ilmu yang pernah ia hafal, besar kemungkinan disebabkan oleh dosanya. Sahabat Abdullah bin Masu’d berkata, “Sungguh, saya berpendapat bahwa orang yang lupa akan ilmu yang telah diketahuinya, disebabkan oleh dosa yang diperbuatnya.”

Imam asy-Syafi’i pernah pula mengalami problem serius perihal hafalannya. Ketika beliau berkonsultasi kepada Waki’ bin Jarah, seketika Waki’ berkata, “Bertaubatlah!” hafalan pun menjadi  lancar seperi semula. Beliau bersyair dengan kegembiraannya,
Aku mengadu kepada Waki’ tentang buruknya hafalanku
Dia menyuruhku agar meninggalkan maksiat
Dan mengabariku bahwa ilmu itu adalah cahaya
Dan cahaya Allah tidaklah dikaruniakan kepada para pendosa

Ø  Berguru pada yang berilmu

Tatkala seorang bertanya kepada Imam Ahmad bin Hambal, “Haruskah seseorang menempuh perjalanan untuk mendapatkan ilmu?” beliau menjawab, “Ya, demi Allah. Bahkan mestinya lebih dari itu. Sungguh telah sampai kepada al-Qamah dan al-Aswad suatu hadits dari Umar Radhiallahu ‘Anhu, namun mereka tidak puas jika hanya mendengarnya dari orang lain, hingga mereka pun menemui Umar dan mendengar langsung darinya. Keduanya berangkat dari Irak menuju Madinah menghabiskan waktu 1 bulan agar bisa mendengarkan hadits yang sampai kepada mereka secara langsung dari Umar”

Sudah jelas betapa pentingnya menuntu ilmu, baik itu ilmu dunia maupun ilmu agama. Maka jangan sampai kita berfikir setelah lulus kita berhenti untuk menuntut ilmu, karena sebagai muslim dan muslimah kita wajib menuntut ilmu hingga ajal menjemput. Seperti  kisah Imam Ahmad bin Hambal. Makin senja usia, makin akrab dengan kertas dan tinta, makin tinggi pengetahuannya, makin lengket dengan ilmu. Hingga orang-orang pun bertanya,Sampai kapan anda akan berhenti dari mencari ilmu? Padahal anda sekarang sudah sampai kedudukan yang tinggi dan telah pula menjadi imam bagi kaum muslimin.” maka beliau menjawab “Bersama tinta hingga masuk ke liang lahat. Masya’a Allah!

Sesungguhnya alam dunia ini adalah rumah tempat beramal, dan akhirat adalah rumah tempat kembali.
Bersemangatlah untuk menuntut ilmu syar`i yang bermanfaat !
Dan mohonlah kepada Allah agar Dia mengajarkan kepada kita pengetahuan dan pemahaman,
dan Dia jadikan ilmu itu bermanfaat dalam kehidupan dunia dan akherat. Amiiin!
Wallahu A’lam!

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »