Bersabarlah Dalam Segala Hal

·         

       Bersabarlah, jangan sedih wahai saudaraku !
Senang, bahagia, suka cita, sedih, kecewa dan duka cita adalah sesuatu yang biasa dialami manusia. Ketika mendapatkan sesuatu yang menggembirakan dari kesenangan-kesenangan duniawi maka dia akan senang dan gembira. Sebaliknya ketika tidak mendapatkan apa yang diinginkan maka dia merasa sedih dan kecewa bahkan kadang-kadang sampai putus asa.
Akan tetapi sebenarnya bagi seorang mukmin, semua perkaranya adalah baik. Hal ini diterangkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam:
عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
"Sungguh menakjubkan perkaranya orang mukmin. Sesungguhnya semua perkaranya adalah baik dan tidaklah hal ini dimiliki oleh seorangpun kecuali oleh orang mukmin. Jika dia diberi kenikmatan/kesenangan, dia bersyukur maka jadilah ini sebagai kebaikan baginya. Sebaliknya jika dia ditimpa musibah (sesuatu yang tidak menyenangkan), dia bersabar, maka ini juga menjadi kebaikan baginya." (HR. Muslim no.2999 dari Shuhaib radhiyallahu 'anhu)

·         Kriteria Orang yang Paling Mulia

Sesungguhnya kesenangan duniawi seperti harta dan status sosial bukanlah ukuran bagi kemuliaan seseorang. Karena Allah Ta'ala memberikan dunia kepada orang yang dicintai dan orang yang tidak dicintai-Nya. Akan tetapi Allah akan memberikan agama ini hanya kepada orang yang dicintai-Nya. Sehingga ukuran/patokan akan kemuliaan seseorang adalah derajat ketakwaannya. Semakin bertakwa maka dia semakin mulia di sisi Allah.
Allah berfirman:
يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kalian saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kalian. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (Al-Hujuraat:13)
·         Jangan Sedih ketika Tidak Dapat Dunia

Wahai saudaraku, ingatlah bahwa seluruh manusia telah Allah tentukan rizkinya -termasuk juga jodohnya-, ajalnya, amalannya, bahagia atau pun sengsaranya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِيْ بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْمًا نُطْفَةً ثُمَّ يَكُوْنُ فِيْ ذَلِكَ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ يَكُوْنُ فِيْ ذَلِكَ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ يُرْسَلُ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ
"Sesungguhnya salah seorang dari kalian dikumpulkan penciptaannya dalam perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk nuthfah (air mani) kemudian berbentuk segumpal darah dalam waktu yang sama lalu menjadi segumpal daging dalam waktu yang sama pula. Kemudian diutus seorang malaikat kepadanya lalu ditiupkan ruh padanya dan diperintahkan dengan empat kalimat/perkara: ditentukan rizkinya, ajalnya, amalannya, sengsara atau bahagianya." (HR. Al-Bukhariy no.3208 dan Muslim no.2643 dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu)

Tidaklah sesuatu menimpa pada kita kecuali telah Allah taqdirkan. Allah Ta'ala berfirman:
"Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada diri kalian sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kalian jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kalian, dan supaya kalian jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepada kalian. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri, (yaitu) orang-orang yang kikir dan menyuruh manusia berbuat kikir. Dan barangsiapa yang berpaling (dari perintah-perintah Allah) maka sesungguhnya Allah Dia-lah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji." (Al-Hadiid:22-24)

Kalau kita merasa betapa sulitnya mencari penghidupan dan dalam menjalani hidup ini, maka ingatlah sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam:
لَيْسَ مِنْ عَمَلٍ يُقَرِّبُ إِلَى الْجَنَّةِ إِلاَّ قَدْ أَمَرْتُكُمْ بِهِ وَلَا عَمَلٍ يُقَرِّبُ إِلَى النَّارِ إِلاَّ قَدْ نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ لاَ يَسْتَبْطِئَنَّ أَحَدٌ مِنْكُمْ رِزْقُهُ أَنَّ جِبْرِيْلَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ أَلْقَى فِيْ رَوْعِيْ أَنَّ أَحَدًا مِنْكُمْ لَنْ يَخْرُجَ مِنَ الدُّنْيَا حَتَّى يَسْتَكْمِلَ رِزْقُهُ فَاتَّقُوا اللهَ أَيُّهَا النَّاسُ وَاَجْمِلُوْا فِي الطَّلَبِ فَإِنْ اسْتَبْطَأَ أَحَدٌ مِنْكُمْ رِزْقُهُ فَلاَ يَطْلُبْهُ بِمَعْصِيَةِ اللهِ فَإِنَّ اللهَ لاَ يُنَالُ فَضْلُهُ بِمَعْصِيَةٍ
"Tiada suatu amalan pun yang mendekatkan ke surga kecuali aku telah perintahkan kalian dengannya dan tiada suatu amalan pun yang mendekatkan ke neraka kecuali aku telah larang kalian darinya. Sungguh salah seorang di antara kalian tidak akan lambat rizkinya. Sesungguhnya Jibril telah menyampaikan pada hatiku bahwa salah seorang dari kalian tidak akan keluar dari dunia (meninggal dunia) sampai disempurnakan rizkinya. Maka bertakwalah kepada Allah wahai manusia dan perbaguslah dalam mencari rizki. Maka apabila salah seorang di antara kalian merasa/menganggap bahwa rizkinya lambat maka janganlah mencarinya dengan bermaksiat kepada Allah karena sesungguhnya keutamaan/karunia Allah tidak akan didapat dengan maksiat." (Shahih, HR. Al-Hakim no.2136 dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu)

Maka berusahalah beramal/beribadah dengan yang telah dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan jangan membuat perkara baru dalam agama (baca:bid'ah).
Dan berusahalah mencari rizki dengan cara yang halal serta hindari sejauh-jauhnya hal-hal yang diharamkan.

·         Hendaklah Orang yang Mampu Membantu

Hendaklah bagi orang yang mempunyai kelebihan harta ataupun yang punya kedudukan agar membantu saudaranya yang kurang mampu dan yang mengalami kesulitan. Allah berfirman:
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَ تَعَاوَنُوا عَلَى الإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
"Dan tolong-menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kalian kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya." (Al-Maa`idah:2)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا، نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ، يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُؤْمِنًا سَتَرَهُ اللهُ فِيْ الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، وَاللهُ فِيْ عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِيْ عَوْنِ أَخِيْهِ
"Barangsiapa menghilangkan satu kesusahan dari kesusahan-kesusahan dunia dari seorang mukmin, maka Allah akan hilangkan darinya satu kesusahan dari kesusahan-kesusahan hari kiamat. Dan barangsiapa yang memudahkan orang yang mengalami kesulitan maka Allah akan mudahkan baginya di dunia dan di akhirat. Dan barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan tutupi aibnya di dunia dan akhirat. Dan Allah akan senantiasa menolong hamba selama hamba tersebut mau menolong saudaranya." (HR. Muslim no.2699 dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu)

·         Berdo'a ketika Sedih
Jika kita merasa sedih karena sesuatu menimpa kita seperti kehilangan harta, sulit mencari pekerjaan, kematian salah seorang keluarga kita, tidak mendapatkan sesuatu yang kita idam-idamkan, jodoh tak kunjung datang ataupun yang lainnya, maka ucapkanlah do'a berikut yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam:
"Tidaklah seseorang ditimpa suatu kegundahan maupun kesedihan lalu dia berdo'a: "Ya Allah, sesungguhnya saya adalah hamba-Mu, putra hamba laki-laki-Mu, putra hamba perempuan-Mu, ubun-ubunku ada di Tangan-Mu, telah berlalu padaku hukum-Mu, adil ketentuan-Mu untukku. Saya meminta kepada-Mu dengan seluruh Nama yang Engkau miliki, yang Engkau menamakannya untuk Diri-Mu atau yang Engkau ajarkan kepada seseorang dari makhluk-Mu atau yang Engkau turunkan dalam kitab-Mu atau yang Engkau simpan dalam ilmu ghaib yang ada di sisi-Mu. Jadikanlah Al-Qur`an sebagai musim semi (penyejuk) hatiku dan cahaya dadaku, pengusir kesedihanku serta penghilang kegundahanku." kecuali akan Allah hilangkan kegundahan dan kesedihannya dan akan diganti dengan diberikan jalan keluar dan kegembiraan." Tiba-tiba ada yang bertanya: "Ya Rasulullah, tidakkah kami ajarkan do'a ini (kepada orang lain)? Maka Rasulullah menjawab: "Bahkan selayaknya bagi siapa saja yang mendengarnya agar mengajarkannya (kepada yang lain)." (HR. Ahmad no.3712 dari 'Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albaniy)

Juga do'a berikut ini:
اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَالْعَجْزِ وِالْكَسَلِ وَالْبُخْلِ وَالْجُبْنِ وَضَلَعِ الدَّيْنِ وَغَلَبَةِ الرِّجَالِ
"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari gundah gulana, sedih, lemah, malas, kikir, penakut, terlilit hutang dan dari tekanan/penindasan orang lain." (HR. Al-Bukhariy 7/158 dari Anas radhiyallahu 'anhu)

·         Ilmu adalah Pengganti Segala Kelezatan

Di antara hal yang bisa menghibur seseorang ketika mengalami kesepian atau ketika sedang dilanda kesedihan adalah menuntut ilmu dan senantiasa bersama ilmu.
Berkata Al-Imam Al-Mawardiy: "Ilmu adalah pengganti dari segala kelezatan dan mencukupi dari segala kesenangan…. Barangsiapa yang menyendiri dengan ilmu maka kesendiriannya itu tidak menjadikan dia sepi. Dan barangsiapa yang menghibur diri dengan kitab-kitab maka dia akan mendapat kesenangan…. Maka tidak ada teman ngobrol sebaik ilmu dan tidak ada sifat yang akan menolong pemiliknya seperti sifat al-hilm (sabar dan tidak terburu-buru)." (Adabud Dunya wad Diin hal.92, dari Aadaabu Thaalibil 'Ilmi hal.71)

Duhai kiranya kita dapat mengambil manfaat dari ilmu yang kita miliki sehingga kita tidak akan merasa kesepian walaupun kita sendirian di malam yang sunyi tetapi ilmu itulah yang setia menemani.

Contoh Orang-orang yang Sabar

Cobaan yang menimpa kita kadang-kadang menjadikan kita bersedih tetapi hendaklah kesedihan itu dihadapi dengan kesabaran dan menyerahkan semua permasalahan kepada Allah, supaya Dia menghilangkan kesedihan tersebut dan menggantikannya dengan kegembiraan.

Allah berfirman mengisahkan tentang Nabi Ya'qub:
وَتَوَلَّى عَنْهُمْ وَقَالَ يَاأَسَفَى عَلَى يُوسُفَ وَابْيَضَّتْ عَيْنَاهُ مِنَ الْحُزْنِ فَهُوَ كَظِيمٌ(84) قَالُوا تَاللَّهِ تَفْتَأُ تَذْكُرُ يُوسُفَ حَتَّى تَكُونَ حَرَضًا أَوْ تَكُونَ مِنَ الْهَالِكِينَ(85) قَالَ إِنَّمَا أَشْكُو بَثِّي وَحُزْنِي إِلَى اللَّهِ وَأَعْلَمُ مِنَ اللَّهِ مَا لاَ تَعْلَمُونَ(86)

"Dan Ya`qub berpaling dari mereka (anak-anaknya) seraya berkata: "Aduhai duka citaku terhadap Yusuf", dan kedua matanya menjadi putih karena kesedihan dan dia adalah seorang yang menahan amarahnya (terhadap anak-anaknya). Mereka berkata: "Demi Allah, senantiasa kamu mengingati Yusuf, sehingga kamu mengidapkan penyakit yang berat atau termasuk orang-orang yang binasa." Ya`qub menjawab: "Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kalian tiada mengetahuinya." (Yuusuf:84-86) 

Adab di Dunia Maya


Oleh : Wina’s creation
Dengan majunya zaman, maka tak diherankan pula teknologi ikut berkembang. Dulu orang bertukar kabar lewat sepucuk surat, yang mungkin membutuhkan waktu berhari-hari untuk dapat mengetahui kabarnya, namun sekarang hal itu telah digantikan dengan adanya pesan singkat atau disebut dengan SMS, hanya membutuhkan beberapa detik saja untuk tahu kondisi dari lawan bicara kita. Dulu hanya bisa mendengarkan suara saja lewat HP atau telefon, sekarang bisa bertatap muka langsung walau mungkin bersebrangan pulau atau bahkan benua. Dan yang sekarang masih eksis adalah jejaring sosial media, mulai  dari FB, Twitter, WA, dan lain-lain.
Namun, tak jarang beberapa penggunanya sering salah dalam menggunakan teknologi ini. Mulai dari membajak akun orang lain, memberikan komentar yang kuarang sopan, memajang foto yang kurang sopan, dan masih banyak lagi. Oleh sebab itu, harus ada beberapa rambu yang harus diperhatikan oleh pengguna dunia maya. Di antaranya :
o          Ingat bahwa yang membaca adalah manusia!
Jangan sampai kita share tentang buruknya kehidupan kita karna manusia memiliki sifat yang berbeda, bisa saja ia langsung men-judge kita tanpa tau hal yang sebenarnya .
o          Gunakan untuk menyebarkan opini kamu
Jadikanlah media sosial untuk hal yang bermanfaat, yang memberikan motivasi dan bisa menjadikan awal dakwah kita. Dakwah tidak harus di atas mimbar kok, bisa lewat jari kamu. Dengan ibu jari kamu ubah pemahaman seseorang, syukur-syukur ia tobat gara-gara membaca update-an mu.
o          Jangan terjebak dalam hal-hal yang sia-sia
Jangan update status yang ga penting. Misalnya, otw ke jogja nih...” atau yang lainnya. Apa manfaat dan gunanya update hal-hal seperti itu, toh yang membaca pun tidak akan membiyai transportasi kamu. Mendingan kamu update tuh hadits-hadits nabi, perkataan-perkataan salaf, atau doa-doa sehari-hari. Kan lumayan selain tau dunia maya sekalian bagi-bagi ilmu, lebih bermanfaat dan pastinya gak sia-sia.
o          Hargai privasi orang lain
Jangan pernah ingin mengetahui seseorang secara berlebihan di dunia maya. karena itu privasi dia, lebih baik apabila kita berada di dunia maya jangan terlalu detail memberi biodata kita agar terhindar dari hal yang buruk. And, apa juga pentingnya buat kita tau banyak biodata orang yang gak kita kenal? Hanya buang-buang waktu dan kuotamu aja. Mending buat yang lainnya aja deh! Dari pada biodata orang yang gak kenal, mending cari tau biodata para sahabat Rasul. Memang dah tau biodata semua sahabat Rasul? Belum kan?
o          Tidak memajang aurat (selfie)
Tidakkah kamu cemburu jika kelak suamimu memandangi foto wanita lain?
Simpanlah fotomu! Dan bantu laki – laki menjaga pandangannya, karena AURATMU ADALAH HARTA TERMAHALMU! Dan juga wanita yang memajang fotonya di dunia maya, fotonya akan selalu gentayangan, kayak hantu aja. Ia! Foto itu akan tersebar dan selalu ada walau mungkin wanita itu sudah meninggal. Wal hasil fotonya akan dinikmati oleh orang banyak dan dosanyapun akan mengalir padanya. Wih serem ya! dah mati bukannya pahala yang ngalir, eh malah dosa. Semoga kita selamat dari perbuatan itu ya sob! And yang masih majang fotonya, mumpung belum terlambat, buruan dihapus dan gak majang foto lagi.
Semoga ini bermanfaat bagi para pembaca sekalian, terkhusus bagi para pengguna jejaring sosial baik FB dan lain-lain.
Wallahu A’lam!


Muslimah dan Ilmu Syar’i


Oleh : Wini’s creation
"Menuntut ilmu adalah suatu kewajiban bagi setiap muslim" (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
Pertama adalah niat karena Allah!

Ukhti fillah !
Islam semenjak cahayanya terbit, telah memerintahkan kepada kaum wanita untuk menuntut ilmu yang bermanfaat. Menuntut ilmu bukan hanya sekadar ingin mendapat ijazah atau penghargaan saja. Menuntut ilmu harus kita niatkan untuk mendapat ridha Allah Ta’ala, agar kelak ilmu yang kita dapat bukan hanya ditulisan saja. Maka penting memperbaiki niat sejak awal, sehingga niat kita yang semula bukan karena Allah kita rubah. Sebelum kita menyesal dikemudian, hanya karena tidak ikhlas karena Allah Ta’ala.
Ilmu Apa yang Harus Dipelajari ?
      Ilmu yang berkaitan dengan Al-Kitab (Al-Qur'an) berikut tafsirnya.
Berkata Imam Syafi'i berkata, "Semua ilmu selain Al-Quran hanyalah menyibukkan belaka,  kecuali ilmu hadits dan fiqhi dalam agama, (hakikat) Ilmu adalah yang didalamnya ada perkataan "Telah disampaikan kepada saya" (hadits). Adapun selain itu maka hanyalah was-was syaithan. Ilmu (syar`i) adalah firman Allah, sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan ucapan para shahabat, bukan selain itu.
Ibnu Qayyim juga berkata, "Ilmu adalah firman Allah, sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan perkataan para shahabat merekalah orang-orang yang berilmu."
      Sunnah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa sallam
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam telah meninggalkan untuk umatnya dua hal, Al-Quran dan As-Sunnah. Jika mereka berpegang terhadap keduanya, maka tidak akan bisa tersesat. Sebagaimana wasiat beliau,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّى قَدْ تَرَكْتُ فِيكُمْ مَا إِنِ اعْتَصَمْتُمْ بِهِ فَلَنْ تَضِلُّوا أَبَدًا كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ
“Wahai manusia! Sesungguhnya aku telah meninggalkan di tengah-tengah kalian sesuatu yang jika kalian berpegang teguh kepadanya kalian tidak akan pernah tersesat selamanya, yaitu Kitabullah (Al-Quran) dan Sunnah nabi-Nya.” (HR. Ahmad, al-Baihaqi, dan al-Hakim di dalam al-Mustadrak miliknya)
      Tauhid
Dengan berlandaskan Al-Quran dan As-Sunnah, maka langkah selanjutnya adalah kita membangun pemahaman kita terkait akidah, atau ilmu tauhid. Karena akidah adalah hal yang mendasar bagi para muslim, maka pemahaman akan ilmu akidah sangatlah penting sebagai pondasi awal dari adanya sebuah amalan. Karena jika pondasi amalnya sudah kuat, ia akan dapat beramal dengan mantap dan benar.
Dalam memahami akidah kita juga menjadikan kedua hal di atas sebagai landasan pokok, dengan ditambah penjelasan dari para salaf. Sebab memahami Al-Quran dan As-Sunnah tidak langsung dari apa yang ada dalam benak kita. Sangat berbahaya jika kita menggunakan akal kita di dalam menyimpulkan apa yang ada di dalam Al-Quran atau As-Sunnah. Maka, cara yang paling tepat adalah mempelajari ilmu-ilmu dengan berlandaskan pada pemahaman salafus shalih. Karena akan sama saja jika memahami Al-Quran dan As-Sunnah bukan dari apa yang difahami oleh salaf, hanya akan menimbulkan kekacauaan dan perpecahan saja.
      Fikih
Ilmu fikih adalah ilmu yang mempelajari tatacara beribadah serta hukum dari ibadah tersebut. Seseorang tidak akan tahu cara pelaksanaan shalat yang benar jika ia tidak mau belajar ilmu fikih. Dari memahami fikih, kita akan lebih memahami perbedaan di dalam ibadah. Bukan dalam hal pokok, tapi dalam hal cabang. Dengan memahaminya kita akan lebih bijak di dalam menanggapi permasalahan-permasalahan yang ada di sekitar kita. Maka, langkah yang harus ditempuh oleh seseorang setelah ia mempelajari ilmu Al-Quran, As-Sunnah, dan Aqidah adalah ia mendalami ilmu fikih.
Ø  Memperlengkap diri dengan Tsaqafah (pengetahuan umum)

Tsaqafah Syar’iyah
Selain mendalami bidang ilmu di atas, kita juga harus memperkaya pemahaman akan hal-hal umum. Pengetahuan umum yang sifatnya syar’i adalah hal-hal yang berkaitan dengan hukum-hukum syara’, perbedaan pendapat di dalam cabang fikih, dan lain-lain.
Tsaqafah Ma’sirah (realita)
Selain kita harus faham ilmu agama, kita juga harus memahami ilmu sejarah atau realita kehidupan. Baik yang dahulu, seperti kisah para nabi dan rasul, kisah para sahabat Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam, atau kehidupan sekarang ini. Kita harus jeli dan tanggap akan perkembangan kehidupan, sebab kehidupan ini adalah dinamis, selalu berkembang. Maka penting juga bagi kita untuk memahami dan mendalami ilmu sejarah, khususnya sejarah Islam.
Ø  Tanggung jawab terhadap diin (agama)
Beban menjaga agama bukanlah hanya dibebankan kepada para kiyai atau ustad saja. Semua kaum Muslimin ikut andil di dalam menjaga agama ini. Sebab menjaga agama bukan hanya dengan berceramah di atas mimbar saja. Dengan mengamalkan amalan-amalan yang telah diperintahkan oleh Allah Ta’ala, itu sudah menjadi bentuk dari upaya kita dalam menjaga agama. Dengan ilmu yang kita miliki, kita beriman kepada Allah dan mengamalkan apa yang Allah dan Rasul-Nya perintahkan. Sehingga kita akan menjaga agama ini dengan benar sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
Ø  Cara-cara menuntut ilmu
1.Membaca buku-buku Islam              2.Mendengarkan kajian
Catatannya adalah metode ini harus dengan mengikuti bimbingan Ulama Salaf
Ø  Ibu adalah Madrasah awal bagi anaknya
Duhai ukhti! Sekolah tinggimu bukan untuk menjadi karyawati, tapi untuk menjadi madrasah terbaik bagi si buah hati J
Bagaimana jadinya jika dirimu tidak memiliki ilmu syar’i? Apa yang akan engkau ajarkan kepada buah hatimu? Ingat wahai saudariku! Hanya dengan ilmu syar’i kehidupan ini akan nyaman.
Ø  Dengan ilmu akan menjadikan shalihah
"Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita yang shalihah.“ (HR. Muslim)
Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi,
"Wanita yang sholihah adalah yang menunaikan hak-hak Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan mentaatinya, mentaati Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam,
dan menunaikan hak-hak suaminya dengan mentaatinya dan menghormatinya, serta menjaga harta suami, anak-anak mereka dan kehormatannya tatkala suami tidak ada"
Ø  Bagi seorang muslimah yang belum menikah

Maka sebagai anak, ia wajib taat pada kedua orangtuanya selama tidak dalam kemaksiatan. Ia kedepankan baktinya kepada orangtua selagi mereka ada. Dan jika telah tiada, maka selaku anak yang shalihah ia harus senantiasa mendoakannya. Sebab doa anak yang shalih dan shalihah akan dapat menyelamatkan orangtua ketika di alam kubur. Sebagaimana sabda Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Jika seseorang telah meninggal, maka semua amalnya terputus. Kecuali dari tiga hal, sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakannya.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, dan at-Tirmidzi)
Dan tentunya semua ini tidak akan dapat dicapai kecuali dengan cara menuntut ilmu syar’i! Bagaimana seseorang akan mengerti wajibnya berbakti jika tidak belajar ilmu syar’i. Ia akan membangkang semua perintah orangtuanya, dikarenakan apa? Ia tidak mengetahui ilmu dari berbakti kepada orangtua.
Ø  Tingginya obsesi semua harus diniatkan karena Allah Ta’ala semata, dan hanya bertujuan ingin menggapai ridha-Nya.

Tidaklah aku menaruh belas kasihan pada seseorang melebihi rasa belas kasihanku kepada dua orang! Seseorang yang menuntut ilmu, namun dia tidak mempunyai pemahaman, dan seseorang yang paham tapi tidak mencarinya. Dan aku sungguh heran dengan orang yang lapang untuk menuntut ilmu tetapi dia tidak belajar”
Bukankah potensi pendengaran, pengelihatan, dan hati yang telah Allah Subhanallahu wa Ta’ala berikan kepada kita harus kita syukuri? Dan di antara cara mensyukurinya adalah dengan menggunakannya untuk memperbanyak pengetahuan yang belum kita ketahui.  Allah Ta’ala berfirman,
“ Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, pengelihatan, dan hati agar kamu bersyukur.” (QS. An-Nahl : 78)
Barang siapa yang tidak pernah merasakan rasa pahitnya mencari ilmu, niscaya ia akan mengenyam pahitnya menjadi orang bodoh sepanjang hidupnya.” (Imam asy-Syafi’i)

Ø  Dosa dapat menghalangi ilmu dan melenyapkannya

Pertama kali Imam asy-Syafi’i berguru kepada Imam Malik, sang guru takjub dengan kecedrasaan, kejeniusan, dan kekuatan hafalannya. Lalu beliau memberi pesan di awal pertemuannya itu,
Sesungguhnya aku melihat Allah telah menganugrahkan cahaya di hatimu maka jangan padamkan cahaya itu dengan gelapnya maksiat.”

Ilmu adalah cahaya yang Allah pancarkan ke dalam hati yang subur oleh ketaatan. Sedangkan masksiat bisa menghalangi masuknya cahaya ilmu ke dalam hati, bahkan bisa melenyapkan cahaya di dalamnya. Jika ada orang pintar yang sulit menghafal suatu ilmu, bisa jadi maksiatlah yang menjadi penyebabnya. Begitu pula jika seseorang lupa  ilmu yang pernah ia hafal, besar kemungkinan disebabkan oleh dosanya. Sahabat Abdullah bin Masu’d berkata, “Sungguh, saya berpendapat bahwa orang yang lupa akan ilmu yang telah diketahuinya, disebabkan oleh dosa yang diperbuatnya.”

Imam asy-Syafi’i pernah pula mengalami problem serius perihal hafalannya. Ketika beliau berkonsultasi kepada Waki’ bin Jarah, seketika Waki’ berkata, “Bertaubatlah!” hafalan pun menjadi  lancar seperi semula. Beliau bersyair dengan kegembiraannya,
Aku mengadu kepada Waki’ tentang buruknya hafalanku
Dia menyuruhku agar meninggalkan maksiat
Dan mengabariku bahwa ilmu itu adalah cahaya
Dan cahaya Allah tidaklah dikaruniakan kepada para pendosa

Ø  Berguru pada yang berilmu

Tatkala seorang bertanya kepada Imam Ahmad bin Hambal, “Haruskah seseorang menempuh perjalanan untuk mendapatkan ilmu?” beliau menjawab, “Ya, demi Allah. Bahkan mestinya lebih dari itu. Sungguh telah sampai kepada al-Qamah dan al-Aswad suatu hadits dari Umar Radhiallahu ‘Anhu, namun mereka tidak puas jika hanya mendengarnya dari orang lain, hingga mereka pun menemui Umar dan mendengar langsung darinya. Keduanya berangkat dari Irak menuju Madinah menghabiskan waktu 1 bulan agar bisa mendengarkan hadits yang sampai kepada mereka secara langsung dari Umar”

Sudah jelas betapa pentingnya menuntu ilmu, baik itu ilmu dunia maupun ilmu agama. Maka jangan sampai kita berfikir setelah lulus kita berhenti untuk menuntut ilmu, karena sebagai muslim dan muslimah kita wajib menuntut ilmu hingga ajal menjemput. Seperti  kisah Imam Ahmad bin Hambal. Makin senja usia, makin akrab dengan kertas dan tinta, makin tinggi pengetahuannya, makin lengket dengan ilmu. Hingga orang-orang pun bertanya,Sampai kapan anda akan berhenti dari mencari ilmu? Padahal anda sekarang sudah sampai kedudukan yang tinggi dan telah pula menjadi imam bagi kaum muslimin.” maka beliau menjawab “Bersama tinta hingga masuk ke liang lahat. Masya’a Allah!

Sesungguhnya alam dunia ini adalah rumah tempat beramal, dan akhirat adalah rumah tempat kembali.
Bersemangatlah untuk menuntut ilmu syar`i yang bermanfaat !
Dan mohonlah kepada Allah agar Dia mengajarkan kepada kita pengetahuan dan pemahaman,
dan Dia jadikan ilmu itu bermanfaat dalam kehidupan dunia dan akherat. Amiiin!
Wallahu A’lam!